Tes Keperawanan : Solusi yang tepatkah?

Senin, 30 Mei 20110 komentar


Merebaknya kasus perzinahan atau lebih akrab terdengar ditelinga kita dengan istilah freeseks memang sudah sangat parah. Bahkan informasinya terdengar santer dimedia, mulai dari munculnya video porno dari kalangan pejabat, artis-aktor, dan kini merambah ke dunia remaja. Dari hasil riset menyatakan bahwa telah banyak remaja yang melakukan freeseks. Bagi wanita istilahnya dikenal banyak remaja wanita yang sudah tidak perawan lagi. 

Wow!!! Kata yang tepat untuk menggambarkan keterjutan sebagian besar orang tua ketika mendengar ada fenomena seperti ini. Fenomena ini merupakan hal yang cukup meresahkan. Mungkin banyak pihak yang akan menanyakan mengapa masalah seperti ini tak kunjung selesai. Bahkan jumlahnya tiap hari kian naik.Pemerintah juga sebenarnya telah berusaha menanggulangi masalah ini dengan mengeluarkan berbagai kebijakan seperti pemberian kondom, Kesehatan reproduksi, dll. Namun hingga kini belum menampakkan hasil yang nyata yaitu berkurang atau bahkan lenyapnya kasus perzinahan ini, yang terjadi justru semakin meningkatnya pelaku.

Beberapa waktu yang lalu kira-kira pada pertengahan  bulan September 2010 Bambang Bayu Suseno yang merupakan komisi IV DPRD Provinsi Jambi dari fraksi PAN mengeluarkan sebuah statement yang mengundang pro dan kontra banyak kalangan. Ia mengusulkan untuk diadakannya test keperawanan bagi para siswa yang akan mengikuti test Penerimaan Siswa Baru (PSB).[Nila Yustisa Paramitha/Oktober]


Usulan Rancangan Peraturan Daerah ini jelas memunculkan reaksi dari berbagai kalangan. Bagaimana tidak? Jika kita analisis rancangan ini akan menimbulkan dampak yang sangat besar bagi masyarakat khususnya siswa wanita yang menjadi objek tes “aneh” ini.

Adapun dampak yang akan muncul seperti misalnya rasa malu bagi anak yang melakukan test tersebut, kemudian jika dia terbukti tidak virgin kemungkinan besar dia pasti tidak akan dapat sekolah dan menanggung rasa malu karena tidak dapat sekolah atau depresi yang berlebihan karena mendapatkan cemoohan dari teman-temannya. Padahal pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap warga Negara. Belum lagi, jika muncul oknum-oknum yang tidak jujur dalam melakukan test, seperti misalnya ada pihak yang berani membanyar berapun jumlahnya asal anaknya sekolah, walaupun ia terbukti tidak virgin misalnya.

Banyak pihak yang berpendapat bahwa hal ini merupakan diskriminasi bagi kaum wanita pasalnya pembuktian virginitas hanya tampak pada wanita dengan robeknya selaput dara sedangkan laki-laki tidak. Padahal secara medis jenis selaput dara pada wanita berbeda-beda ada yang rawan dan mudah robek ada juga yang kuat.

Raperda ini jelas-jelas merupakan ide konyol yang jelas tak perlu dibahas lagi. Terbukti bahwa raperda ini tidak menjawab sama sekali pada akar permasalahan yang menjadi inti pokok dari kasus ini. Lalu sebenarnya apa yang menjadi akar permasalahannya? Seperti yang dijelaskan diawal bahwa inti atau akar dari permasalahan ini adalah seks bebas yang semakin merebak karena sudah tertanamnya ide liberal pada individu masyarakat, sehingga mereka melakukan kebebasan sebebas-bebasnya hingga menabrak bahkan tak menghiraukan adanya nilai-nilai moral, dan agama pada masyarakat.

Dan solusinya adalah dengan cara menanamkan akidah atau pemikiran tentang kehidupan, dimana jika pemahaman tentang akidah sudah terpatok kuat dan membekas kuat dalam diri tiap individu maka perilakunya akan mengikuti apa yang menjadi pemahamannya. Yang kedua adalah perlunya memahamkan siswa tentang sistem pergaulan yang sebenarnya agar par remaja tidak terjerat oleh budaya liberalism yang mengancam masa depan mereka.
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Mengukir Peradaban - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger